SINDITOnews.com| Jakarta,– Pakar Hukum Pidana Internasional sekaligus pemerhati masalah kesehatan pelajar, Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, SH., MH, meminta Presiden RI Prabowo Subianto untuk segera mengevaluasi bahkan menghentikan program MBG (Makanan Bergizi Gratis) demi mencegah jatuhnya korban massal.
Menurutnya, niat tulus Presiden menghadirkan program MBG patut diapresiasi karena lahir dari kepedulian terhadap gizi dan kesehatan anak bangsa. Namun, dalam pelaksanaannya, justru sering muncul kasus keracunan massal di berbagai daerah.
“Tujuan program ini sangat baik, tapi jangan sampai justru berubah menjadi program yang menyengsarakan karena menyebabkan keracunan bahkan korban meninggal. Presiden perlu menugaskan Menteri Kesehatan dan para ahli gizi untuk melakukan evaluasi menyeluruh,” ujar Prof. Sutan dalam keterangannya kepada sejumlah pimpinan redaksi media melalui sambungan telepon, Rabu (24/9).
Ia mengungkapkan, di banyak daerah ditemukan kasus makanan basi, berulat, hingga tercemar yang dikonsumsi siswa. Ratusan ribu pelajar disebut telah menjadi korban keracunan sejak program ini berjalan, dengan sebagian kasus berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB).
Lebih jauh, Prof. Sutan menegaskan bahwa selain membahayakan nyawa pelajar, kualitas buruk MBG justru bisa merusak citra Presiden RI di mata rakyat.
“Rakyat sangat mencintai Presiden Prabowo. Jangan sampai niat mulia beliau ternoda karena ulah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam pelaksanaan program,” tambahnya.
Sebagai solusi, ia menyarankan agar pemerintah melibatkan tenaga kesehatan secara langsung ke sekolah-sekolah. Misalnya, dokter rutin hadir memeriksa kesehatan siswa, yang dinilai lebih bermanfaat dan aman daripada pembagian makanan massal dengan kualitas yang sulit diawasi.
Prof. Sutan juga mengingatkan potensi bahaya bagi pelajar di daerah pedalaman. Jika keracunan terjadi, akses ke puskesmas atau rumah sakit bisa menempuh waktu 5–10 jam perjalanan, sehingga sangat mengancam keselamatan anak-anak.
“Sudah saatnya program MBG di Evaluaai. Negara bisa mencari pola lain yang lebih tepat, aman, dan benar-benar menyehatkan pelajar Indonesia,” tegasnya.
(Rd.SN)


